Rabu, 16 Februari 2011

Sangkamadeha Pohon Kehidupan Orang Batak

"Sangkamadeha" diartikan sebagai pengekspresian hidup dan kehidupan manusia dalam dunia nyata dengan segala kebanggaan dirinya.
Budayawan dari kabupaten Toba Samosir, Monang Naipospos, menuturkan, "sangkamadeha" merupakan penggambaran pohon kehidupan pemberian sang pencipta (Mulajadi Nabolon) kepada manusia.
Sejak muda hingga tua, pohon ini tumbuh tegak lurus dan tajuknya "sundung" (menuju) langit.
Hidup di dunia dalam pertengahan usia adalah perkembangan sangat subur dan optimal, berkaya-nyata untuk dirinya dan orang lain.
"Hasangapon, hagabeon dan hamoraon, adalah gambaran kesuburan yang dinikmati atas karunia sang khalik, "ujar Monang.
Biji berkecambah, tumbuh tunas, kemudian mekar. Dahan mengembang ke samping dan ke segenap penjuru angin, bagaikan tangan-tangan membentang (mandehai). Tumbuh makin matang (matoras) dan semakin kuat (pangko).
Dalam bahasa Batak, Monang menyebutnya,"torasna jadi pangkona", diartikan sebagai kedewasaan yang dibarengi kebiasaan-kebiasaan hidup yang menjadi tabiat. Dalam kiasan (umpasa) Batak disebut "torasna jadi pangkona, somalna jadi bangkona".
Menjelang ujur, tajuk semakin tinggi dan tetap menuju ke atas. Di masa tua, upaya pencapaian "sundung di langit" semakin terarah. Dari sana awalnya datang, di sana juga berakhirnya. Inilah akhir hidup manusia. Semua menuju ke penciptanya.
Perjalanan kehidupan manusia diakhiri, dan "sundung" ke alam penciptaan. Semua yang diperoleh di alam nyata, dunia fana, akan ditinggalkan.
Menurut Monang, kebanggaan terpuji adalah tabiat yang baik dan benar, sesuai hukum dan adat istiadat. disebut sebagai "hasangapon".
Cabang dan ranting yang banyak akan mempengaruhi kerimbunan dedaunan. Akar yang kokoh dan kerimbunan daun (hatoropon) sebagai gambarannya. Banyaknya populasi, disebut "hagabeon".
"Buah adalah biji disertai zat bermanfaat untuk pertumbuhan dan stimulant kepada mahluk hidup untuk menyebarkannya. Ada buah, ada pemanfaat dan ada pertumbuhan. Inilah yang disebut "hamoraon, "ujarnya.
"Parjuragatan", mengartikan tempat bergelantungan ke sumber penghidupan. Sumber penghidupan ada beragam, seperti apa yang diberikan secara langsung (material) dan tidak langsung (non-material).
Pemimpin adalah "parjuragatan", di mana ditemukan keadilan dan pencerahan.
Dia adalah "urat" (akar) hukum dan keadilan. Orang kaya (namora) adalah "parjuragatan". Karena akar, memberi kehidupan material, penyambung hidup,
Kekayaan dengan `banyaknya buah`, bila tidak ada manfaat bagi orang lain, tidak akan ada yang berperan `menaburnya`.
Dia akan seperti ilalang yang menebar biji oleh tiupan angin karena tidak ada memberi manfaat dari buahnya bagi mahluk lain.
Kekurangan harta disebut "napogos" (miskin). Bila hartanya hanya cukup untuk bekal satu tahun disebut "parsaetaon" (pra sejahtera).
Bila sudah bisa menabung untuk cadangan pengembangan disebut "naduma" (sejahtera). Bila harta sudah menumpuk disebut `paradongan".
"Namora" adalah sebutan kehormatan untuk yang aktif menolong sesama dengan harta bendanya sendiri. Jabatan ini, juga disandang dalam "harajaon" yang diartikan sebagai bendahara.
Kepada Raja dan "namora" disebut akar dari hukum dan kehidupan.
"Raja urat ni uhum, namora urat ni hosa", jelas Monang.
Bila ada orang yang memiliki banyak harta, tapi tega membiarkan manusia di sekitarnya kelaparan, dia tidak dapat disebut "namora", tapi "paradongan" atau "pararta.
Jika seseorang bermohon kepada Yang maha Kuasa "hamoraon", jabarannya adalah harta benda, berikut hati yang iklas untuk mau dan mampu melakukan pertolongan kepada sesama manusia.
Monang menyebutkan, ada yang membedakan "hau sangkamadeha" dengan hau parjuragatan dan hau sundung di langit.
Menurut penjelasan beberapa orang tua dan pandai mengukir (gorga), bahwa penggambarannya adalah satu, tapi penjelasannya beragam.
Banyak yang memitoskan sebutan itu seperti pohon yang tumbuh di alam penciptaan, sehingga banyak yang tidak memahami pemaknaan beberapa perkataan itu dalam satu penggambaran.
Pada rumah "gorga" lama, gambaran "hau sangkamadeha" ini selalu dilukiskan dalam dinding samping agak di depan. Dalam penggambarannya kadang ada yang menyertakan gambar burung dan ular membelit.
Kayu yang berbuah selalu dihinggapi burung pemakan buah. Ular pun datang ke pohon itu, untuk memangsa burung (marjuragat). Semua mahluk berhak hidup, seperti manusia diberi hidup, menjadi bagian dari ekosistem.
Namun, dari semua mahluk yang "marjuragat" dalam pohon hidup, hanya manusia yang memahami "sundung di langit".
Ada pemahaman lain yang dijelaskan, bahwa dalam menjalani hidup harus cermat dan teliti karena banyak musuh yang mengintip.
Sejak pemahaman barat masuk ke batak, dan mereka mengetahui penjelasan dari pohon (hau sangkamadeha), ada anjuran untuk tidak membuat lukisan itu lagi dalam rumah adat Batak.
Pemahaman itu dianggap sesat. Sehingga, kemudian banyak rumah adat batak dibangun tidak menggambarkannya lagi. Tapi, diganti dengan gambar orang barat yang membawa hal baru, yang cenderung menyesatkan budaya batak.
Pemerhati budaya, Baginda Sahat Napitupulu, tinggal di Malaysia, menilai, orang Batak zaman dulu, cukup genius. Sebab, mereka mampu menggambarkan serta merumuskan tentang pohon kehidupan.
"Banyak filosopi yang dapat dimaknai dari sangkamadeha yang mengambarkan posisi kita sebagai orang batak. Apakah terkategori `napogos`, `parsaetaon`, `naduma`, `paradongan` dan `namora/harajaon`, "ujarnya.
Tapi, kata dia lagi, jika sudah jadi "namora", jangan lupa membantu orang di sekeliling. Sanak saudara yang masih butuh bantuan. Kalau bisa, bantuannya jangan hanya dalam bentuk uang/materi. Melainkan, kemudahan pendidikan dan pengembangan keahlian.
Martua Sidauruk, praktisi hukum dari Jakarta, menyampaikan idenya, untuk melakukan invetarisasi tentang nilai "habatahon" di bidang hukum.
Alasannya, dia contohkan dalam "hukum kontrak". Hukum adat Batak, jauh lebih maju dan bersifat universal dari hukum nasional.
Antara lain, disebutkannya, semua praktisi hukum umumnya mengetahui, hukum kontrak bersifat universal. Di dalamnya, terkandung satu prinsip, janji lebih kuat daya ikatnya dari undang-undang.
Tapi, kata dia lagi, daya mengikatnya hanya berlaku bagi mereka yang membuat perjanjian saja. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Dilanjutkannya, dalam hukum adat batak, ada sebuah umpasa "Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang. Togu na nidok ni uhum, toguan na ni dok ni padan".
Artinya, kata Martua, ikrar (padan) bagi orang batak, tidak hanya berlaku bagi mereka yang membuat padan itu saja, tapi secara turun temurun.
Makanya, sebut Martua, kita sering mendengar dan menemukan, adanya pantangan atau tabu tertentu, serta ikatan tertentu bagi satu marga dengan marga lain. Juga, sesama satu rumpun marga tertentu untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Bahkan, lanjutnya "pinompar" (keturunan) dari orang yang membuat padan tersebut, hingga hari ini masih menghormati dan tidak berani melanggar padan itu. Alasannya, antara lain, takut akibat pelanggaran yang dilakukan.
Dalam hal ini, keistimewaan padan atau janji dari orang Batak bukan hanya bersifat legalistik, tetapi juga bersifat magis.
Bicara tentang budaya Batak dulu dan sekarang, cenderung diklaim sebagai kekeliruan (haliluon).
Sejatinya, kebebasan berpikir tanpa terikat satu doktrin, akan menguraikan nilai budaya Batak secara total, semampunya berdasarkan pemahaman yang utuh tanpa dilatari kepentingan golongan tertentu.

Perempuan-perempuan di Kelam Malam

Rangkaian kereta listrik sore melintasi jalur yang tak jauh dari sebuah stasiun di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, membuat gubuk-gubuk kecil beratap terpal biru di sisi kanan-kirinya bergetar dan burung-burung gereja yang semula hinggap di pagar pembatas beterbangan.
Namun, laju kendaraan beroda besi itu tak membuat anak-anak menghentikan permainan. Beberapa perempuan dan laki-laki dewasa yang duduk di bangku-bangku kayu sambil mengobrol juga tak menghentikan pembicaraan, bahkan dari balik tirai sebuah gubuk berdinding tripleks seorang anak tampak tertidur pulas di sebuah dipan kayu.
Bau busuk yang meruap dari tumpukan sampah dan onggokan tinja di sela rel saat angin sedikit kencang berembus juga tak mengusik para pemukim yang sepertinya sedang menikmati jeda dengan bermalas-malasan.
Permukiman itu baru benar-benar "bergerak" setelah kereta terakhir melintas pada pukul 18.20 WIB. Hampir serempak orang-orang berjalan menuju ke tengah jalur kereta. Sejumlah pria mengusung meja dan kursi-kursi kayu yang semula bertumpuk di antara gubuk, beberapa orang membangun tenda-tenda dari terpal biru dan oranye, ada pula yang membangun ruang-ruang kecil dari lembaran tripleks.
Para perempuan bergerak ke arah sama, sebagian dengan menggendong bakul berisi aneka dagangan dan langsung menatanya di atas meja kayu yang telah disiapkan di tengah jalur. Ada minuman ringan, macam-macam kudapan terbungkus plastik, dan beberapa botol arak dari beras.
Di salah satu kios, seorang laki-laki tua, setelah membersihkan kaca lampu petromak dan memasangnya, lantas membuka sebuah koper hitam dan kotak plastik. Isinya ratusan atau mungkin lebih dari seribu kemasan aneka jenis tisu basah, kondom dan obat-obatan.
Laki-laki tua itu kemudian mengaitkan kemasan-kemasan kecil tisu, kondom, dan macam-macam obat pada tali yang dipasang di dinding kios.
Deretan beragam obat kuat, pil kontrasepsi, obat antiinflamasi, serta jenis-jenis antibiotik, seperti Ampicilin, Amoxicilin, Thiamphenicol, dan Penbritin, itu membentuk deretan rapi.
Ketika gelap turun dan separuh barang dagangan lelaki tua itu telah tertata, puluhan laki-laki dan perempuan sudah meramaikan kawasan jalur kereta.
Semakin malam, semakin banyak orang yang datang meski tak ada acara rapat, unjuk rasa, pasar malam, atau pertunjukkan dangdut.
Orang-orang hanya terlihat duduk bergerombol di antara rel, mengerumuni pedagang, atau berbincang-bincang di dalam tenda-tenda terpal berpenerangan minim yang memutar lagu dangdut.
"Jangan salah, di sini mereka bukan hanya duduk-duduk, tetapi saling menaksir dan melakukan negosiasi harga, melakukan transaksi seks," kata pegiat AIDS, Baby Jim Aditya.
Di antara laki-laki dan perempuan beragam usia yang berkerumun di jalur kereta itu ada N, seorang perempuan penjaja seks yang usianya kini 40 tahun.
Perempuan asal Subang yang mengaku telah empat kali menikah dan punya empat anak itu bekerja di kawasan jalur kereta api sejak tahun 2000.
"Tadi, sih, berangkat pakai jaket dan celana panjang, sampai sini langsung dibuka. Memang harus seperti ini, namanya juga kerja beginian," kata perempuan berambut lurus itu.
N, yang mengenakan celana hitam selutut dan kaus merah muda tanpa lengan berkerah rendah, berbincang sambil bersedekap, berusaha menahan dingin udara malam yang sedikit basah.
"Syukur anak-anak sekarang sudah besar. Yang pertama sudah menikah, dua masih STM, seorang lagi kuliah di akademi kebidanan," katanya bangga.
N biasa datang ke kawasan jalur kereta selepas magrib dan baru pulang pada dini hari. N mengaku mendapat cukup banyak penghasilan dari pekerjaannya. Setiap melayani tamu dia dibayar antara Rp70.000 dan Rp100.000. Setiap hari hampir selalu ada tamu yang menggunakan jasanya.
Dia sebenarnya merasa hina dan kotor melakukan pekerjaan ini. Ia beberapa kali pernah mencoba pekerjaan lain, tetapi tak bertahan lama.
"Pernah kerja di salon, tetapi dapatnya cuma sedikit, tidak cukup untuk hidup di sini," katanya. Ia pun kemudian kembali bekerja di jalur kereta.
N akan mengais rupiah di sana sampai semua anaknya menyelesaikan sekolah dan memiliki cukup banyak uang untuk menikmati masa tua sambil "menyucikan" diri di kampung halaman.
N tahu pekerjaannya bukan tanpa risiko. Dia sadar penyakit kelamin bisa kapan saja menyerang. Dia juga takut suatu saat penyakit itu melumpuhkan kekuatan tubuhnya.
"Makanya, tiap bulan selalu ke dokter. Mahal, sih, sekali periksa bisa keluar biaya Rp 200.000. Namun, tidak apa-apa, daripada kena penyakit macam-macam," kata dia.
Dia juga selalu menyiapkan beberapa kondom bagi para tamu meski pada akhirnya keputusan untuk menggunakan pengaman ada di tangan tamu dan kebanyakan tamu memilih tak menggunakannya dengan macam-macam alasan.
Selain itu, N berusaha menangkal penyakit dengan mengonsumsi antibiotik tiap hari. Ia tidak tahu penggunaan obat antibiotik yang tidak sesuai indikasi dan aturan akan merusak hati.
Sisi gelap lain di sisi lain kawasan Jakarta Utara, sebuah kolong jembatan yang pada siang hari hanya dihuni seorang perempuan tua dan tumpukan jala nelayan berwarna kehitaman menjadi saksi kegiatan prostitusi tersembunyi.
Pada malam hari puluhan perempuan mendatangi kolong jembatan di wilayah Cilincing itu untuk menawarkan jasa seks, salah satunya adalah Y (34), perempuan asal Painan.
Setiap malam menjelang, suami Y, seorang nelayan yang beberapa bulan terakhir menganggur karena laut sedang tidak ramah, mengantar dia ke kolong jembatan untuk menjual jasa seks kepada pria-pria iseng.
Dalam kegelapan kolong, perempuan beranak dua itu bergabung dengan kerumunan laki-laki tua-muda serta perempuan-perempuan lain yang sebagian besar mengenakan celana pendek dan kaus ketat.
Temaram lampu minyak penjual kudapan dan udara malam yang mengaduk bau amis jala, amonia, serta macam-macam keringat dan parfum menemani para perempuan menebar pesona, berusaha menarik perhatian para calon penyewa tubuh.
Perempuan itu duduk di antara jala atau lantai beralas tikar bersama para lelaki, sepertinya mengobrol. Setelah beberapa saat, seorang laki-laki dan perempuan berdiri lantas berjalan ke arah antrean pasangan di depan sebuah tenda terpal yang tampaknya menjadi tempat pemberian layanan.
Y, yang tiba di kolong sekitar pukul 22.00 WIB, mengaku sudah melayani dua tamu pada pukul 02.00 WIB. Ia hanya hanya mendapat uang Rp 50.000 dari dua tamu dan Rp 10.000 di antaranya harus dibayarkan kepada pemilik persewaan tenda.
"Biasanya satu tamu Rp 30.000 sampai Rp 35.000. Ini lagi sepi, pada enggak ada duit, jadi tawaran segitu terpaksa diambil juga daripada enggak dapat duit," kata dia.
Saat sang suami menganggur, Y harus mendapatkan uang untuk membayar sewa kamar kos Rp 250.000 per bulan serta biaya lain untuk bertahan hidup.
"Kalau tidak, bagaimana kami mau makan dan bayar sewa kamar," katanya.
Tidak seperti N, perempuan yang sejak dua tahun lalu menjadi penjual jasa seks di kolong jembatan dan belum berniat mencoba pekerjaan lain itu tidak terlalu menghiraukan penyakit menular seksual.
Dia mengaku tak pernah sakit. "Paling cuma gatal-gatal," katanya.
Dia tidak pernah menyiapkan kondom, bahkan tidak mau tamunya menggunakan kondom dengan alasan "tidak enak".
Hanya sesekali, saat merasa kesehatannya terganggu, Y mengonsumsi antibiotik atau menggunakan bahan lain yang dia pikir bisa membunuh kuman dan menghilangkan gangguan.
"Selama ini tidak pernah sakit, sih, soalnya tiap hari pulang dari sini selalu dibersihkan pakai odol supaya kuman-kuman pada mati. Kalau gatal-gatal, biasanya minum Amoxicilin atau Supertetra langsung sembuh," katanya.
Beberapa meter dari kolong jembatan gelap tempat Y bekerja, kafe-kafe dan tempat karaoke berhias gemerlap lampu aneka warna berdiri berderet, memutar bermacam lagu dangdut dengan volume tinggi memekakkan telinga secara bersamaan.
Perempuan-perempuan dengan riasan muka, yang kebanyakan mengenakan celana sepanjang satu setengah jengkal dan kaus tanpa lengan, duduk di kursi-kursi plastik di depan kafe dan tempat karaoke; beradu daya tarik demi mendapatkan uang dari pria-pria hidung belang pencari jasa seks.
"Lihat betapa muda-mudanya mereka," kata Baby saat melewati deretan bangunan yang pada siang hari hanya tampak seperti rumah-rumah papan kecil di antara permukiman nelayan yang padat dan kumuh, dengan tali penuh jemuran baju setengah kering di antaranya.
Pemandangan serupa terlihat di sebuah perkampungan yang ada di bagian lain wilayah Cilincing, tak jauh dari perairan berwarna kelam penuh sampah tempat nelayan mengistirahatkan perahu.
Di sana, sekitar 100 bangunan kafe dan tempat karaoke dengan gemerlap lampu warna-warni berdiri di antara rumah penduduk yang ada di dua kompleks rukun tetangga.
Sabtu malam, pukul 24.00 WIB, beberapa anak masih berlarian di gang kecil yang memisahkan dua deretan kafe dan tempat karaoke.
Macam-macam lagu dangdut yang diputar bersamaan dengan sangat kencang hingga menyakitkan telinga manusia membuat suasana riuh, menenggelamkan alunan merdu suara penyanyi dangdut Caca Handika yang mendendangkan lagu cinta.
Namun, keriuhan itu tak mengurangi aura muram yang mulai menyelimuti perkampungan itu saat rintik hujan turun dan kemudian menjadi deras.
Di teras sebuah tempat karaoke, beberapa perempuan muda berpakaian minim berusaha menikmati malam yang suram dengan berjoget diiringi riuh lagu dangdut sambil bersendau gurau.
Beberapa laki-laki bergabung, yang lain hanya duduk menyaksikan dari dalam ruangan dengan lampu-lampu temaram.
"Semua orang sudah tahu kalau ini tempat begituan, saya sering disuruh antar tamu dari pelabuhan ke sini," kata Sony, seorang tukang ojek yang mangkal di salah satu sudut Kota Jakarta Utara.
Potret perempuan di tempat-tempat prostitusi di wilayah Jakarta Utara tak jauh berbeda dengan 15 tahun silam saat Endang Rahayu Sedyaningsih-Mamahit melakukan penelitian di lokalisasi pelacuran Kramat Tunggak yang kala itu masih jaya.
Peneliti yang saat ini menjabat Menteri Kesehatan mengatakan, ketika itu Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Teratai Harapan Kramat Tunggak atau yang dikenal dengan lokalisasi Kramat Tunggak berdiri di areal seluas 109.435 meter persegi di daerah Kramat Jaya, Jakarta Utara.
Hasil penelitian Endang tahun 1995 yang dibukukan kembali pada Desember 2010 dengan judul Perempuan-perempuan Kramat Tunggak merekam sebagian perilaku perempuan penjaja seks dan pria pengguna jasa seks komersial di Kramat Tunggak.
Perempuan-perempuan yang karena berbagai alasan bekerja sebagai penjaja seks di Kramat Tunggak, menurut hasil penelitian Endang, rata-rata tidak banyak tahu tentang penyakit menular seksual yang mengancam kesehatan dan hidup mereka.
Gejala penyakit kelamin pada perempuan yang sering kali hanya berupa keputihan, rasa nyeri atau panas saat buang air kecil, atau rasa sakit di bagian bawah perut membuat para perempuan tak menyadari serangan awal infeksi menular seksual.
Pada kaum perempuan, gejala infeksi menular seksual juga tidak selalu muncul atau muncul dalam kadar sangat ringan, membuat perempuan yang bekerja sebagai penjaja seks makin hilang kewaspadaan.
Mereka berada di sarang mala tanpa menyadari keberadaan dan besar ancamannya.
Mereka tidak benar-benar tahu bahwa sifilis atau raja singa, kencing nanah, kutil kemaluan, dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (acquired immunodeficiency syndrome/AIDS) bisa kapan saja menyerang dan mengambil alih tubuh mereka.
Upaya untuk mencegah dan menangkal serangan penyakit-penyakit itu hanya sekadarnya saja dilakukan.
Saat Endang melakukan penelitian, perempuan-perempuan yang bekerja di Kramat Tunggak hanya menjaga diri dari penyakit dengan meminum jamu dan antibiotik serta menggunakan bahan pencuci berupa cairan antiseptik atau pasta gigi untuk membersihkan alat vital.
Cara tersebut sampai sekarang masih digunakan oleh perempuan-perempuan yang bekerja di tempat prostitusi, termasuk N dan Y.
Padahal, cara-cara itu justru dapat meningkatkan risiko terserang gangguan kesehatan lain.
Menurut Endang, penggunaan antibiotik tanpa petunjuk dokter bisa merusak hati dan pemakaian pembersih berisiko membuat kuman naik ke saluran yang lebih tinggi, seperti rongga rahim, serta menimbulkan penyakit radang panggul yang mengakibatkan nyeri perut bawah menahun, kehamilan di luar kandungan, dan kemandulan.
Ia menjelaskan pula bahwa sampai sekarang penggunaan kondom secara konsisten saat berhubungan seks dengan siapa pun merupakan alat paling efektif untuk mencegah infeksi menular seksual bagi perempuan yang berprofesi sebagai pelacur.
Sayangnya, sejak 15 tahun silam sampai sekarang, tingkat penggunaan kondom di lokasi prostitusi masih sangat rendah dan tidak konsisten.
Kebanyakan lelaki pengguna jasa seks memakai bermacam alasan untuk tidak memakai kondom, dengan tanpa beban membuka jalur penularan infeksi menular seksual kepada pekerja seks, kepada pelanggan lain, dan kepada orang-orang yang berhubungan seks dengan para pelanggan jasa seks.
Di kawasan jalur kereta yang saat malam menjadi lokasi prostitusi, obat kuat dan tisu basah jauh lebih laku dibandingkan dengan kondom.
"Obat kuat paling laris. Kondom kalau sepi sehari laku dua biji, kalau ramai bisa sampai sepuluh biji," kata penjual obat kuat dan kondom di kawasan itu.
Menurut Laporan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) pemerintah tahun 2010, tingkat penggunaan kondom oleh laki-laki juga tercatat baru 30 persen.
Perempuan-perempuan yang bekerja di tempat prostitusi pun tidak bisa berbuat banyak karena tidak selalu bisa memenangkan negosiasi dengan pelanggan terkait penggunaan kondom.
Kondisi demikian membuat perempuan-perempuan itu tak punya cukup daya untuk melindungi tubuh mereka yang mungkin sudah teracuni alkohol, rokok, dan obat antibiotik yang dikonsumsi secara tidak rasional dari ancaman macam-macam infeksi menular seksual.
Istri para pengguna jasa seks komersial pun jadi berisiko tinggi tertular infeksi menular seksual karena, menurut perkiraaan, separuh dari sekitar 3,2 juta laki-laki pengguna jasa perempuan penjaja seks beristri.
Hasil penelitian Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) juga menunjukkan bahwa 50 persen lebih dari 3.525 perempuan dengan infeksi HIV dan AIDS di Indonesia adalah ibu rumah tangga.
Mayoritas ibu rumah tangga dengan infeksi HIV atau AIDS tersebut, menurut penelitian KPAN, tertular infeksi HIV dan AIDS dari suami mereka.
Belum cukup
Penyakit menular seksual yang penyebarannya terdata pemerintah, antara lain, adalah HIV/AIDS dan sifilis, penyakit kelamin yang jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan serius pada otak dan hati.
Berdasarkan laporan triwulan perkembangan HIV/AIDS Kementerian Kesehatan, sampai Juni 2010 sebanyak 21.770 kasus AIDS dilaporkan terjadi di 32 provinsi dengan proporsi antara lelaki dan perempuan 3:1.
Adapun angka kejadian penyakit sifilis pada perempuan pekerja seks, menurut hasil Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) Kementerian Kesehatan tahun 2009, bervariasi antara 1 persen dan 15 persen.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan penularan infeksi menular seksual kepada kelompok berisiko tinggi, seperti perempuan pekerja seks dan penggunanya.
Menurut dia, upaya pencegahan penyakit menular seksual yang dilakukan pemerintah antara lain meliputi promosi perilaku seks aman, penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko, serta tata laksana pengobatan.
"Sasarannya masyarakat yang mempunyai perilaku seks tidak aman, seperti perempuan pekerja seks serta pelanggan atau pasangannya," katanya.
Pemerintah, kata dia, melakukan promosi perilaku seks aman dan penggunaan kondom melalui program intervensi perubahan perilaku, seperti advokasi dan sosialisasi bersama lembaga swadaya masyarakat.
Kementerian Kesehatan juga melakukan kegiatan pengobatan presumtif berkala di beberapa wilayah dengan prevalensi penyakit menular seksual tinggi.
"Mereka yang melakukan praktik seksual di tempat-tempat penjualan seks lain, seperti jalanan dan kawasan rel kereta, seharusnya juga bisa menjangkau kegiatan tersebut," katanya.
Namun, kenyataannya program-program pencegahan dan pengendalian penyakit menular seksual tersebut belum bisa menjangkau para pelaku seks berisiko tinggi di seluruh tempat prostitusi, apalagi yang tersembunyi.
Tak pernah mati
Tanggal 31 Desember 1999, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi menutup lokalisasi Kramat Tunggak, yang kala itu dikenal sebagai pusat pelacuran terbesar di Ibu Kota.
Bangunan rumah-rumah bordil kemudian diratakan dengan tanah dan sebagai gantinya dibangun kompleks Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta atau Jakarta Islamic Center (JIC).
Kompleks bangunan yang kini berdiri megah dengan gerbang kokoh tinggi bertulis peringatan "awas benda jatuh dari atas" pada bagian sampingnya tersebut dimaksudkan untuk menampilkan citra religius pada kawasan yang sebelumnya kondang sebagai tempat pelacuran. Untuk mengubah "tanah hitam" menjadi "tanah putih".
Sampai sekarang kompleks bangunan itu menjadi salah satu pusat kegiatan keagamaan. Kajian agama rutin dilakukan setiap Senin, Kamis, dan Minggu pagi.
"Di dalam juga ada perpustakaan besar dengan banyak buku agama dan ada stasiun radio yang menyiarkan kajian agama," kata M Sholeh, petugas satuan pengamanan JIC.
Malam hari, kawasan di sekitar kompleks JIC berubah menjadi pusat keramaian. Orang-orang datang ke sana untuk mencari santapan malam atau sekadar melihat aneka jenis barang yang ditawarkan gerai-gerai yang menempel di pagar kompleks, seperti siput bercahaya.
Kegiatan pelacuran di bekas areal lokalisasi Kramat Tunggak tak ada lagi. Namun, para pelakunya tidak lantas menghentikan praktik dan beralih profesi begitu saja.
"Seperti darah yang jika pembuluhnya tersumbat maka tubuh membentuk pembuluh baru agar dia bisa terus mengalir, mereka juga mengalir ke tempat lain," kata Menteri Kesehatan dalam bukunya.
Dan, beberapa puluh meter dari bekas kawasan lokalisasi Kramat Tunggak sekarang berdiri kafe-kafe yang, selain menyediakan minuman beralkohol, juga menjadi sarana transaksi seks dengan hotel-hotel kecil di sekitarnya sebagai tempat pemberian layanan.
Tempat-tempat pelacuran terselubung di kawasan jalur kereta api, kolong jembatan, dan yang lainnya pun makin ramai.
Meski kebanyakan orang tak menginginkan keberadaannya dan berharap kehidupan berjalan baik tanpanya, jalinan mata rantai permintaan dan penawaran jasa seks tak bisa diputus dengan menutup lokalisasi.
"Penutupan lokalisasi ternyata bukan pemecahan yang memadai karena justru membuat transaksi jual beli jasa itu berpencar menyebar ke tempat-tempat lain secara tak terkendali," tutur Baby.
Ia mengatakan, melokalisir kegiatan itu di satu tempat setidaknya memudahkan upaya untuk menjangkau mereka dan pelanggan mereka dengan program-program kesehatan yang komprehensif dan terukur.
"Sekarang, dengan tidak adanya tempat seperti itu, sulit menjalankan program kesehatan terkait dengan pengendalian infeksi menular seksual dan HIV," kata psikolog penyuka lagu "Pria Idaman" karya Rhoma Irama yang dinyanyikan Rita Sugiarto itu.
Menteri Kesehatan juga mengatakan bahwa pengaturan lokasi prostitusi merupakan satu dari sedikit pilihan yang bisa diambil untuk menahan laju penyebaran infeksi menular seksual.
"Saya pribadi bukan orang yang pro-pelacuran. Kalau bisa, tidak usahlah ada tempat pelacuran di dunia ini, yang terbuka ataupun yang ngumpet-ngumpet. Kalau bisa, semua orang berpantang melakukan seks sebelum menikah dan semua setia kepada pasangannya saja, satu orang.... Namun, apabila semua itu tidak mungkin, tidak realistis, maka tolong, biarkan bordil-bordil semilegal itu berdiri," katanya.
Di samping itu, menurut dia, harus ada aturan ketat yang dijalankan supaya rumah bordil tidak menjadi sarang penyebaran penyakit menular seksual dari pelanggan kepada pekerja seks, dari pekerja seks kepada pelanggan, dan dari pelanggan kepada para istri yang setia menunggu di rumah.
"Aturlah agar kondom selalu dipakai di tempat ini. Aturlah agar ODHA tak muncul di tempat ini. Aturlah agar mereka tak berlama-lama di tempat ini. Aturlah!" katanya.
Pada akhirnya, pilihan yang ada memang tidak banyak karena menghilangkan profesi ini hampir tidak mungkin bisa dilakukan. Banyak yang bilang usia profesi pelacur hampir setua peradaban manusia. Seperti punya ribuan nyawa, ia selalu bisa hidup kembali.Maryati

Ketika Fira ingin Mati

Fira menatap pergelangan tangan kirinya, lalu kedua matanya  beralih ke pisau di tangan kanannya. Kedua mata itu bening dan sangat indah. Namun mata itu begitu kosong, sekosong pemiliknya.
Mata yang sayu, lelah dan menyerah, setelah dihantam tanpa henti oleh semua gelombang yang tak pernah dikehendakinya dan tak pernah dibayangkannya akan dihadapinya, namun semuanya menghantamnya tanpa ampun sedikitpun satu-persatu.
Ia masih menatap pergelangan tangannya, dan pisau itu, masih bergulat dengan pikirannya. “Sudah selesai,” pikirnya “Tidak, belum!” jawab sebuah suara dalam kepalanya “Sudah tak ada yang tersisa…..” “Tidak! Kau salah! Kau masih punya seseorang!” bentak suara itu “Dan sebentar lagi aku akan membawanya serta….” jawabnya “Jangan, Fira….hentikanlah, selagi kau masih bisa,” suara itu kini bernada membujuk “Sudah cukup….aku…sudah lelah.” Lelah.
Fira mengucapkannya seakan kata itu sudah cukup untuk menggambarkan keadaannya. Kata itu jauh dari cukup, jauh, sangat jauh. Entah sudah berapa lama ia berada di sini, terduduk di luar dunia. Di sini, di sudut kamar mandi apartemennya, dengan  shower yang mengucurkan air ke sekujur tubuhnya.
Dingin. Air itu sungguh dingin. Fira bertanya-tanya, sudah berapa lama ia berada di sini. Berjam-jam, mungkin sudah berhari-hari malah. Ia tak tahu, dan sudah tak tertarik untuk tahu. Sudah sejak lama Fira terlempar dari waktu, menuju sebuah dimensi kosong.
Ke sebuah tempat yang sepi. Tempat yang kosong dan putih. Tanpa dinding ataupun lantai, dimana konsep waktu sama sekali tak berlaku. Wilayah yang hanya didatangi jiwa-jiwa yang tak tertarik lagi pada realita.
Fira memandang kosong. Pada pisau, pada pergelangan tangan, pada keramik di lantai. Pada dinding. Pada air yang membasahi lantai kamar mandi. Matanya mengirimkan semua  informasi itu ke pikirannya, yang sudah lama tidak bekerja. Lalu , untuk pertama kalinya, Fira melihat dirinya sendiri dengan sadar. “Kenapa…kenapa aku di sini?”tanyanya “Karena kau melangkah ke sini, Fira.” jawab suara itu “Melangkah ke sini….” batin Fira.
Dengan sedikit kesadaran yang berhasil dikumpulkannya, ia memutar kembali hari itu. Pulang dari dokter…..hujan…tak bisa berpikir…..lalu kabut. Ya, kabut.
Seketika ia kehilangan penelusuran itu, karena ia memang tak sadar saat melakukannya. Akhir-akhir ini kabut menjadi teman akrab kehidupannya, partner yang datang tanpa diundang. Tamu yang tak bisa diusir, dan akhirnya diterimanya dengan pasrah, bersama dengan kepedihan.
Sesuatu menendang perutnya. Fira tersentak, dan untuk beberapa saat lamanya ia hanya bisa terhenyak. “Apa ini…?” batinnya “Ini bagian dirimu, Fira….” ujar suara itu.
Fira tak menerima kata-kata itu. Ia tak bisa, tak mampu melakukannya. Dan terutama, ia tak ingin mengakui kebenaran kata-kata itu dan menerimanya. “Diriku yang lain….” ujar Fira “Ya, Fira….dirimu….” pelan suara itu menjawab.
Fira tak bisa melihat sosok pemilik suara itu, namun entah kenapa ia membayangkan seraut wajah lembut yang tersenyum. Senyum yang ramah, halus, dan tulus. Dan entah kenapa, ia pun tersenyum. Tendangan itu kembali terasa di perutnya.
Ia membelai perutnya dengan perasaan sayang. Menenangkan makhluk mungil yang hidup di dalamnya. Makhluk yang hidup dan bernapas. Fira terus membelai perutnya, dan untuk pertama kalinya melihat tangannya dengan fokus. Tangan itu kurus dan kering, dan tak lebih dari seonggok tulang berbungkus kulit.  Ia bertanya-tanya bagaimana ia bisa sekurus itu. Ia mencoba berkonsentrasi, memusatkan pikirannya. Setelah beberapa saat mencoba meengingat, Fira menyerah.
Dan suara itu menjawab, seakan-akan mengetahui pikirannya. “Kau sudah lama tidak makan , Fira…..” ujar suara itu Fira terkejut dengan jawaban itu, namun ia lebih kaget dengan nuansa sedih yang mewarnai suara itu. Kesedihan yang menyiratkan perhatian, yang mengingatkannya akan kasih sayang. Suara itu mengingatkannya akan neneknya. “Nenek…?” ujarnya tak yakin.
Tidak ada jawaban. Tidak ada apa-apa. Hanya kekosongan. Namun entah kenapa, Fira seperti melihat seraut senyum yang tenang. Senyum mengayomi yang penuh perhatian, namun teguh diuji waktu. Ia teringat nenek lagi. Fira tak begitu ingat tentang orang tuanya. Entah kenapa, kini ia tak bisa mengingat mereka dengan baik. Akhir-akhir ini ia memang tak bisa mengingat apapun.
Saat menelusuri pikirannya dengan lamban, Fira menemukan sosok neneknya. Nenek. Nenek yang begitu baik, yang menjadi teman terbaiknya dan keluarga satu-satunya. Nenek yang memanjakannya, yang selalu ada untuknya di saat senang maupun sedih. “Aku rindu nenek….” ujarnya, diiringi dua tetesan mungil yang mengalir menuruni pipinya. “Kenapa jadi begini, Fira…?” ujar suara itu Fira tak mengerti, dan ia tak mau mengerti.
Suara itu membuatnya merindukan nenek, nenek yang sudah tiada. Nenek yang pergi menginggalkannya di tengah dunia yang kejam ini. Kini, kerinduan yang tak tersalurkan  itu merobek-robeknya tanpa belas kasihan. Nenek yang baik, yang tak tergantikan.
Yang selalu tersenyum, dan membuatkan masakan kesukaannya. Nenek, yang merawatnya saat kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan saat ia berumur lima tahun. Yang tanpa kenal lelah menemaninya bermain, dan perlahan-lahan mencoba mengukir kembali senyum yang seakan terhapus dari wajah Fira. Melindunginya, saat semua kerabat yang lain tak mempedulikannya. Mengantarnya ke kampus sata pendaftaran dan memilihkan apartemen untuk tempat tinggalnya.
Kini nenek sudah tiada, dan ia sebatang kara. Fira tak ingat kapan nenek pergi. Otaknya seakan meninggalkannya. Namun ia yakin pasti belum lama ini. Ya, ia sangat yakin. Tak mungkin ia masih hidup untuk mengingat nenek jika nenek sudah pergi lama. Ia tak akan sanggup menahan kesendirian itu. Perutnya berguncang kembali dengan perlahan. “Frans…” katanya begitu saja.
Fira mengucapkannya dengan spontan. Nama itu keluar dari mulutnya seakan mengalir, karena memang itulah kebenarannya. Ia teringat Frans. Frans, yang selalu membuatnya tersenyum. Selalu menggodanya dan terkadang membuatnya kesal, namun ia tahu Frans mencintainya.
Fira yang kehilangan orang tuanya tumbuh menjadi gadis yang pendiam. Keengganan kerabatnya untuk menerimanya dianggapnya sebagai sebuah pengkhianatan, dan ia pun membentengi dirinya. Membentuk pelindung tak kasat mata , mencegah ia terluka untuk kedua kalinya.
Frans mengubah semua itu. Ia membawa Fira ke berbagai tempat menarik, dan tanpa kenal lelah menggodanya untuk melihat senyumnya. Fira tahu sejak awal tujuan Frans, namun ia tak bisa menolak. Ketulusan Frans terpancar jelas dari dirinya. Dan seiring waktu yang mereka habiskan bersama, Fira membuka dirinya pada Frans. Perutnya bergoyang lagi “Kau pasti akan jadi anak yang sehat…” ujar Fira.
Fira tak tahu kapan persisnya kejadiannya, namun semua itu berlangsung begitu alami. Hanya sekali, dengan makhluk mungil di perutnya sebagai hasilnya. Ia ingat bagaimana Frans meminta maaf dengan tulus padanya, dan berjanji akan bertanggung jawab.
Dan Frans benar-benar melakukannya. Ia terus memperhatikan Fira , memastikannya tetap sehat. Fira ingat beberapa pasang mata yang curiga dan sinis yang diarahkan padanya dan Frans, namun ia tak peduli. Ia sangat bahagia. Hingga petaka itu datang. Fira menerima telepon itu dengan tidak percaya. Frans terpeleset di tangga. Mendarat dengan kepala lebih dulu . Tengkorak pecah. Mati. Pergi…. Semuanya berubah gelap. “Nenek….” ucap Fira.
Yang menolong Fira dari lubang gelap itu adalah nenek. Nenek, yang kini sudah tua dan terkena komplikasi, tak marah saat Fira berlutut di samping ranjangnya dan meraung dalam kesedihan. Ia hanya tersenyum, dan membelai kepala cucu kesayangannya itu. Meyakinkannya untuk mempertahankan bayi itu, demi dia. Demi Frans. Dan demi Fira sendiri.
Kini, kabut itu terangkat dari pikirannya. Ia bisa melihat semuanya dengan jelas, saat ia pulang dari check-up kandungan. Ponselnya berdering, dan dunia runtuh menimpanya dalam sekejap. Nenek sudah pergi. Menyusul Frans. Ia tak kuasa melawan komplikasi yang menderanya. Wajah tuanya tersenyum di saat terakhirnya, sebuah senyuman  tulus tanpa akhir untuk cucunya.
Fira perlahan-lahan berdiri dengan mantap. Ia menoleh, dan melihat dirinya tersenyum di cermin kamar mandi. Ia melihat ke bawah, di mana sesosok tubuh tergeletak di sudut kamar mandi, dengan darah mengalir deras dari pergelangan tangan kiri yang tersayat.
Ia memalingkan wajah, dan melihat wajah nenek tersenyum padanya. Fira pun tersenyum.
Ia tak sendirian lagi.Rajian Sobri Rezki

membuat virus brontok

Source Code Virus Brontok
Dalam belakangan waktu ini mungkin anda pernah mendengar nama virus Brontok?......ya betul virus yang
menduplikatkan dirinya dan menyesuaikan nama virus barunya berdasarkan folder atau file pada window
epxlorer yang aktif. Ciri khas dari virus ini adalah menggunakan Icon folder, sehingga dapat mengecoh
seseorang yang melihatnya.

Mengapa membahas virus ini?,...hmm...m....sebetulnya saya tidak terlalu tertarik membahas ini, tau nggak apa
yang menyebabkan saya tertarik membahasnya?...pasti nggak tau kan .....ini disebabkan beberapa hari lalu
banyak kehebohan mengenai virus brontok dan sempat menginfeksi beberapa komputer teman2ku .

Ok untuk mempersingkat waktu kita langsung aja

Setelah dilihat struktur file dari virus tersebut ternyata pembuatan virusnya menggunakan visual basic 6.0
ops....ternyata made in vb coy....nah ini yang membuat tambah menarik.

Virus ini terdiri dari 1 form da 1 Module, dengan nama

Form -> BrontokForm

Module -> API

Dengan detail berikut:

Begin VB.Form BrontokForm

Caption = \"Brontok.A\"

ForeColor = &H8000000F&

ScaleMode = 1

BeginProperty Font

Name = \"\"

Size = 195323.4944

Charset = 29

Weight = 774

EndProperty

Begin VB.Timer TmrBrontok

Enabled = 0 \'False

Interval = 2000

Left = 2160

Top = 0

Width = 57352

Height = 1

End

End

Dengan nama Project: Brontok.vbp, yang disimpan pada directory:

F:\\VPROJECT\\REHAB\\Re-1\\BRONTOK.A

Jelas sekali bahwa virus ini dibuat oleh sorang program lokal, yang mempunyai skill Menengah Keatas.

Ada beberapa procedure & function yang digunakan dengan nama:

Form_QueryUnload(Cancel As Integer, UnloadMode As Integer)
TmrBrontok_Timer()

Subr_004()

CekKoneksiInternet()

ManipulasiExec()

Subr_007()

KeluarDong()

BronReg()

CopyAppData()

DownloadVir()

StartDong()

StartUp()

DecTeks()

MutMutex()

MutCr()

DownloadFile()

CekUpdate()

InfekNetwork()

Judul()

CekRemDisk()

BikinFile()

GetEmailFile()

CekValidMail()

GetTeks()

CekKar()

ListMail()

GetTargetMBhs()

GavMailer()

BrontokMail()

Subr_031()

DataEmail()

DownMIME()

FindFilesAPI()

ListFileGav()

InfekFile()

SmallAttack()

MinggirLoe()

GetHostByNameAlias()

StripNulls()

BikinKredit()

Dan beberapa fungsi Api yang digunakan anatara lain:

Fungsi Baca Tulis Ke Register:

Declare Function RegOpenKeyExA Lib \"advapi32.dll\" ()

Declare Function RegSetValueExA Lib \"advapi32.dll\" ()

Declare Function RegCloseKey Lib \"advapi32.dll\" ()

Declare Function RegCreateKeyExA Lib \"advapi32.dll\" ()

Declare Function Sleep Lib \"kernel32\" ()

Mendapatkan Spesial Folder:

Declare Function SHGetPathFromIDList Lib \"shell32.dll\" ()

Declare Function SHGetSpecialFolderLocation Lib \"shell32.dll\" ()

Membaca Isi Halaman Situs:

Declare Function InternetOpenA Lib \"wininet.dll\" ()
eclare Function InternetOpenUrlA Lib \"wininet.dll\" ()

Declare Function InternetReadFile Lib \"wininet.dll\" ()

Declare Function InternetCloseHandle Lib \"wininet.dll\" ()

Mendapatkan Caption Dari Sebuah Window:

Declare Function GetWindowTextA Lib \"user32\" ()

Declare Function GetWindowTextLengthA Lib \"user32\" ()

Dapatkan HWND Window aktif:

Declare Function GetForegroundWindow Lib \"user32\" ()

Shutdown, Reboot, LogOff Windows:

Declare Function ExitWindowsEx Lib \"user32\" ()

Declare Function GetCurrentProcess Lib \"kernel32\" ()

Declare Function OpenProcessToken Lib \"advapi32\" ()

Declare Function LookupPrivilegeValueA Lib \"advapi32\" ()

Declare Function AdjustTokenPrivileges Lib \"advapi32\" ()

Mendapatkan Jenis Media yang ada spt Removable Disk, CD-Rom dll:

Declare Function GetDriveTypeA Lib \"kernel32\" ()

Declare Function ShellExecuteA Lib \"shell32.dll\" ()

Declare Function RtlMoveMemory Lib \"kernel32\" ()

Winsock API:

Declare Function closesocket Lib \"wsock32.dll\" ()

Declare Function connect Lib \"wsock32.dll\" ()

Declare Function htons Lib \"wsock32.dll\" ()

Declare Function inet_addr Lib \"wsock32.dll\" ()

Declare Function recv Lib \"wsock32.dll\" ()

Declare Function send Lib \"wsock32.dll\" ()

Declare Function socket Lib \"wsock32.dll\" ()

Declare Function gethostbyname Lib \"wsock32.dll\" ()

Declare Function WSAStartup Lib \"wsock32.dll\" ()

Declare Function WSACleanup Lib \"wsock32.dll\" ()

Declare Function WSAAsyncSelect Lib \"wsock32.dll\" ()

Fungsi yang berhubungan dengan file:

Declare Function FindFirstFileA Lib \"kernel32\" ()

Declare Function FindNextFileA Lib \"kernel32\" ()

Declare Function GetFileAttributesA Lib \"kernel32\" ()

Declare Function FindClose Lib \"kernel32\" ()

dll...

Terlihat jelas pada fungsi-fungsi api yang digunakan bahwa penularan virus ini brontok menggunakan
beberapa cara. seperti pengiriman lewat email, pencarian nama komputer yang terhubung kejaringan dengan
menyalin dirinya pada folder yang di sharing dan menyalin dirinya pada window explorer yang aktif. kalo gak
salah si pembuat virus mempunyai SMTP sendiri (wah ati-ati mas ntar ketangkep)

Jika dilihat kembali pada strukturnya ada beberapa kata yang di encrypt, kemungkinan berupa exploit code
atau apalah namanya. hanya allah dan pembuat virus yang tau.

Virus ini mempunyai fungsi ExitWindowsEx yang diimport dari file user32.dll, fungsi ini biasanya digunakan
untuk mematikan windows.

kayaknya sipembuat virus membuat triger yang berisi perintah mematikan/merestart komputer.
Selain itu dalam struktur filenya terdapat kata-kata seperti ini:

FOLDER.HTT

RORO

.HTT

.DOC

.CSV

.EML

.CFM

.PHP

.WAB

.EML

.TXT

.HTML

.HTM

MY DATA SOURCES

MY EBOOKS

MY MUSIC

MY SHAPES

MY VIDEOS

MY DOCUMENT

Dan ada beberapa alamat situs yang diserang, apa DDOS ya...hik..hik..tau deh. Selain itu pembuat virus
mencantumkan nama: --JowoBot#VM Community --

Selanjutnya coba lihat tiga fungsi api berikut:

Declare Function GetWindowTextA Lib \"user32\" ()

Declare Function GetWindowTextLengthA Lib \"user32\" ()

Declare Function GetForegroundWindow Lib \"user32\" ()

Sepertinya pembuat virus memanfaatkan windowexplorer untuk memperbanyak filenya ke folder yang lain.
Dengan cara membaca Caption yang terdapat pada windows aktif yang berisi nama directory/path. Dengan
menggunakan 2 fungsi diatas (GetWindowTextA & GetWindowTextLengthA), Sedangkan fungsi
GetForegroundWindow digunakan untuk mendapatkan Handle Window (HWND) yang sedang aktif.

Jadi kesimpulannya virus ini tidak dapat menyalin dirinya kalo Caption pada windowExplorer bukan berupa
Directory/Path. Sehinga si pembuat virus menonaktifkan setting pada Folder Options.

Kemudian yang lebih unik lagi virus ini membaca isi halaman situs yang terbuka pada sebuah InternetExplorer
dengan menggunakan fungsi:

Declare Function InternetOpenA Lib \"wininet.dll\" ()

Declare Function InternetOpenUrlA Lib \"wininet.dll\" ()

Declare Function InternetReadFile Lib \"wininet.dll\" ()

Declare Function InternetCloseHandle Lib \"wininet.dll\" ()

Kalo saya tebak, sepertinya pembuat virus mencari alamat email pada halaman situs yang terbuka dan
mengirimkan virus nya berdasarkan alamat email yang ditemukan pada halaman tersebut dengan kata kunci
seperti mailto: ataupun @xxxx.com dll...

....Untuk membersihkannya silahkan baca selengkapnya di situs AntiVirus yang lain...he..he...maaf saya hanya
membahas yang ini saja.

Tapi kalo pengen menonaktifkan virus ini secara cepat, coba masuk safemode kemudian rename file
MSVBVM60.dll menjadi MSVBVM60.dl_

karena virus ini membutuhkan runtime vb. Nah kalo udah gak aktif baru kita bisa hapus beberapa registry entry
dan file-file virus brontoknya.

Sayang sekali virus ini tidak menggunakan program compressor, sehingga memudahkan orang untuk
mengenalinya.

Semoga bermanfaat.....

source :

- my friend: \"Anti Hacker\"

- vbbego.com

- http://www.familycode.phpbbweb.com