Jumat, 21 Januari 2011

menunggu panggilan

Semakin saya dewasa, saya semakin menyadari bahwa jika seseorang ingin diubahkan, mereka harus mengubah pandangan mereka terhadap hidup ini.

Dalam sebuah konvensi misi baru-baru ini, hadirin menyanyikan sebuah lagu misi lama,"Aku mau pergi kemanapun Kau kehendaki, ya Tuhan."Sejenak Saya merenungkan apa yang sedang kami nyanyikan dan rasanya tidak masuk akal.Kebanyakan orang di aula itu tidak pergi kemana-mana.Saya tahu itu, merekapun tahu.Tetapi mereka terus menyanyikan syair yang pada intinya tidak berarti apa-apa bagi mereka.Mereka selalu berbuat demikian.

Kita harus menyendiri bersama Tuhan dan mengevaluasi kembali bagaimana kita menggunakan hidup kita.Saya tidak sedang mengusulkan agar kita menjual semua harta kita dan pindah ke pemukiman penduduk minoritas.Apa yang kami lakukan ini bukan untuk dilakukan oleh semua orang.Namun seharusnya mereka sudi merespons bila mereka melihat adanya kebutuhan disekitar mereka.

Saya menjalani sebuah kehidupan yang jauh berbeda dengan sebagian besar orang Amerika.Ini tidak berarti bahwa ada yang benar atau salah diantara kita, namun kita memang berbeda.

Di sebuah daerah-yang bisa dijangkau dalam waktu singkat dengan kereta bawah tanah dari Bushwick, para eksekutif Wall Street mengadakan persekutuan doa dan pemahaman Alkitab secara rutin di ruang rapat direksi bagi berbagai perusahaan di Manhattan.Pekerjaan mereka sama pentingnya dengan pekerjaan Saya.Mereka melayani orang-orang yang tidak akan pernah saya layani.

Dalam perjalanan-perjalanan saya, saya sering diminta untuk menjadi tamu dalam berbagai acara bincang-bincang dio televisi, baik yang kristen maupun yang sekuler.Apapun acaranya, pertanyaan-pertanyaannya biasanya sama.Saya hampir bisa memastikan- bahwa di menit-menit pertama saya akan ditanya,"Bagaimana Allah memanggil Anda ke New York?"

Suatu kali, dalam sebuah acara yang ditayangkan secara live- langsung- di Midwest, Saya menjawab pertanyaan tersebut dengan,"Allah tidak memanggil Saya ke New York."

Si pembawa acara dengan wajah agak bingung, menoleh kekamera dan berkata,"kami akan kembali setelah pesan penting berikut ini".Dan iklan ditayangkan.

Bolehkan saya menjelaskan apa yang saya maksud dengan ucapan saya itu.

Begitu banyak orang bergantung pada apa yang kita ketahui sebagai "panggilan Allah" atau "suara Allah".Namun ketika keadaan tidak sesuai dengan apa yang menurut mereka benar, mereka tidak bisa bertindak sama sekali.

Jika Anda menantikan penyataan adikodrati atau sesuatu yang mengejutkan, yang tidak Anda sangka-sangka, untuk menuntun masa depan Anda, kemungkinan besar Anda akan menunggu selamanya.Saya telah bertemu banyak orang yang tulus hatinya, yang menunggu seumur hidup sampai Allah berbicara kepada mereka.Mereka mengira, Jika Aku tidak mendengar suara Tuhan, aku tidak boleh terlibat dalam pelayanan.

Sudah tak terhitung banyaknya orang Kristen yang tulus,yang sampai meninggalpun masih menunggu Allah memanggil mereka untuk melakukan sesuatu-dan mereka tidak pernah melakukan apa-apa sementara mereka menunggu.Tentu saja Allah bisa berbicara melalui "semak-semak yang menyala" dan tiang api, tetapi kita tidak perlu menunggu munculnya tanda semacam itu.Saya pernah menulis sebuah artikel yang berjudul, "apa yang Anda lakukan ketika Anda menunggu semak-semak terbakar?"

Tragedi terbesar dalam misi-misi di Amerika adalah banyak orang Kristen yang percaya bahwa misionaris adalah orang yang pernah mendapat penglihatan dan berjumpa dengan Allah secara adikodrati.

Apa yang Anda lakukan seandainya rumah Anda terbakar dan anak Anda masih terjebak di dalamnya?Apakah Anda akan berkata"Aku tidak akan masuk sampai Tuhan menyuruhku"? Tidak!Anda pasti akan segera bergegas masuk karena anak Anda harus diselamatkan.

Motivasi itulah yang saya rasakan ketika saya memutuskan datang ke New York.Saya percaya bahwa kebutuhan itulah yang memanggil saya ke New York.Sebenarnya ini sangat sederhana.Kita hanya membuatnya rumit seperti begitu banyak hal lain dalam hidup ini.

Antara Memberi dan Menerima

Antara Memberi dan Menerima


Memberi dan menerima bukanlah suatu tindakan yang asing. Semua manusia akan dengan mudah mengatakan bahwa kedua tindakan tersebut merupakan bagian integral dari aktivitas hidup manusia setiap hari, suatu aksi yang sekian spontan sehingga tak perlu membuang banyak waktu untuk berpikir tentangnya. Namun sesuatu yang amat biasa terkadang menuntut suatu pertimbangan yang lebih layak.

Tindakan memberi dan menerima sudah dipelajari seseorang sejak ia masih merupakan seorang bayi. Walau tanpa kesadaran, tindakan paling awal yang dilakukan seorang bayi adalah “menerima. Sang bayi menerima dan menghirup udara, ia menerima hidup dan situasi dunia yang sangat jauh berbeda dengan situasi “firdaus” yang dialaminya ketika ia masih dalam rahim ibu. Perbedaan kondisi hidup yang diterima sang bayi pada titik awal ini sering amat menakutkan. Karena itu sang bayi lalu menangis. Ia membutuhkan sesautu, ia membutuhkan perlindungan yang dengan segera diterimanya dari tindakan memberi dari seorang ibu. Semua yang dialami bayi pada tahap awal ini akan sangat berpengaruh bagi perkembangan hidupnya selanjutnya, bukan saja terbatas pada aksi memberi dan menerima, tetapi juga secara luas dalam keseluruhan aktivitas hidup sosialnya. Sang bayi belajar memberi dan menerima, dan menjadikannya sebagai aktivitas spontan hidup hariannya.

Antara kedua tindakan tersebut sulitlah untuk dibuat distinksi, sulitlah untuk dibuat prioritas tindakan manakah yang lebih penting dan harus didahulukan. Ada sekian banyak konteks yang harus turut dipertimbangkan untuk memberikan penekanan pada satu dari kedua aksi tersebut. Dalam dunia psikoterapi, yang juga amat menuntut keterlibatan kedua tindakan tersebut, “therapeutic acceptance” lebih banyak dipandang sebagai unsur penting dalam sebuah proses penyembuhan, lebih dari pada berbagai “technological medicine” lainnya. Kebanyakan klien yang mengalami goncangan psikologis melihat hidupnya amat tidak bernilai. Carl Gustav Jung, seorang psikiater terkenal asal Swiss, mengindikasikan bahwa sepertiga dari pasien yang datang kepadanya menderita kehampaan makna hidup (the meaninglessness of life). Hal ini bertolak dari ketidak-sanggupan klien untuk menemukan arti dari keberadaan dirinya sendiri, yang mencakup keseluruhan aspek personalitasnya.

Dalam situasi seperti ini, tindakan “menerima” yang diekspresikan sang psikiater akan melahirkan suatu pemahaman baru dalam diri klien. Dia akan menyadari bahwa dirinya ternyata masih memiliki sesuatu, bahwa ia masih memiliki kata-kata yang layak didengar, sekurang-kurangnya oleh ¡§dia¡¨ yang kini sedang berada di depannya. Adalah suatu kebahagiaan terbesar dalam hidup untuk menyadari bahwa saya masih layak didengarkan, masih layak diterima, masih layak dicintai dan mencintai. Dalam proses inilah si klien perlahan-lahan menemukan arti dirinya, dan inilah awal dari suatu proses penyembuhan.

Namun tindakan memberi dan menerima itu dapat pula dilihat dari sudut pandang yang lain. Oral Roberts dalam bukunya “Miracle of Seed-Faith” memberikan tekanan utama pada tindakan “memberi”. Tindakan memberi, apapun bentuknya baik material maupun rohaniah seperti pemberian kemampuan diri, bakat ataupun waktu bagi orang lain, ditempatkan Roberts sebagai benih-benih yang tertabur, yang pada baliknya akan bertumbuh dan memberikan panen yang berlimpah. Dalam Kitab Suci terdapat banyak kisah tentang hal ini. Pemberian lima buah roti dan dua ekor ikan bagi banyak orang di padang gurun ternyata menjadi benih iman untuk menghasilkan dua belas bakul roti. (Mat. 14, 13-21). Pemberian perahu oleh Simon Petrus untuk digunakan Yesus mengajar orang banyak tentang kabar gembira Kerajaan Allah, ternyata menjadi benih iman untuk menghasilkan banyak ikan. (Luk. 5, 1-11).

Di sini Oral Roberts menunjukkan bahwa tindakan kita untuk memberi tidak pernah berlangsung sia-sia, tetapi bahwa dalam tindakan tersebut baik si penerima maupun si pemberi sama-sama menerima “sesuatu”. Bahkan si pemberi menerimanya kembali dalam jumlah yang telah dipergandakan. Namun hal ini tidak dimaksudkan untuk memperkokoh paham jkuno “do ut des”, memberi untuk menerima kembali (saya memberi agar engkaupun memberi). Tetapi inilah kebenaran yang ditawarkan oleh Yesus sendiri, “Berilah maka kamu akan diberi.” (Luk 6, 38). Dan bahwa si pemberi akan menerima kembali sesuai ukuran yang dipakai dalam memberi kepada orang lain.

Begitulah... Sesuatu yang kita berikan akan diterima kembali. Yang terpenting adalah bahwa pemberian tersebut terjadi dalam konteks “benih iman” yang tertabur, yang menuntut keyakinan kita untuk menempatkan Allah sebagai pusat segalanya, yang akan mempergandakan pemberian itu dan melimpahkannya kembali kepada si pemberi dalam bentuk dan sarana yang tak dipahami manusia. Kita bersatu bersama Petrus yang bertanya kepada Yesus bahwa ia telah memberikan segala sesuatu tetapi apa upah yang akan diperoleh?? Yesus menjawab “...kamu akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” (Mat. 19, 29).

kehidupan

sewaktu saya berlibur ke tangerang, beberapa hari begitu bosan saya rasakan di dalam rumah lalu diam2 saya merencanakan perjalan singkat dalam satu hari menuju jakarta pusat dan berlalu ke Bogor dan pulang ketika malam sudah larut,dalam perjalanan saya melihat seorang bapak tua hendak menumpang bus. Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi. Si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.

Saya yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, "Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda yang sebelah juga ?" Si bapak tua menjawab, "Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya."
Si bapak tua dalam cerita di atas memahami filosofi dasar dalam hidup - jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya.

Kita kehilangan banyak hal di sepanjang masa hidup. Kehilangan tersebut pada awalnya tampak seperti tidak adil dan merisaukan, tapi itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita.
Kalimat di atas tidak dapat diartikan kita hanya boleh kehilangan hal-hal jelek saja. Kadang, kita juga kehilangan hal baik.

Ini semua dapat diartikan :
supaya kita bisa menjadi dewasa secara emosional dan spiritual, pertukaran antara kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu haruslah terjadi.

Seperti si bapak tua dalam cerita, kita harus belajar untuk melepaskan sesuatu. Tuhan sudah menentukan bahwa memang itulah saatnya si bapak tua kehilangan sepatunya. Mungkin saja peristiwa itu terjadi supaya si bapak tua nantinya bisa mendapatkan sepasang sepatu yang lebih baik.
Satu sepatu hilang. Dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagi si bapak. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkan.

Berkeras hati & berusaha mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal, suatu keadaan atau seseorang masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita lebih baik bersama yang lain.
Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya. Karena tiada badai yang tak berlalu. Tiada Pesta yang tak pernah Usai. Semua yang ada didunia ini tiada yang abadi.

HUKUM TRUK SAMPAH"

suatu hari di bulan maret setelah saya dari medan karna sesuatu hal,saya pergi ke jakarta dan tinggal beberapa minggu di sana dan saya harus kembali ke Jambi, suatu ketika saya naik sebuah taksi menuju bandara SOETA tangerang. kami melaju pada jalur yang benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam keluar dari tempat parkir tepat di depan kami. supir taxi menginjak Pedal rem dalam -dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa Cm dari mobil tersebut. pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya dan memaki ke arah kami. supir taxi hanya tersenyum dan melambai pada orang tersebut. saya sangat heran dengan sikapnya yang sangat bersahabat. saya bertanya " mengapa bapak melakukannya? orang itu hampir merusak mobil bapak dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit.. saat itulah saya belajar dari supir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut "HUKUM TRUK SAMPAH". ia menjelaskan bahwa banyk orang seperti truk sampah. mereka berjalan keliling membawa sampah, seperti frustasi,kemarahan,kekecewaan. seiring semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuh kan tempat untuk membuang nya,dan sering kali mereka membuang nya kepada kita. jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan dan berkati mereka lalu lanjutkan hidup. jangan mengambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orng lain yang kita temui dimana pun. intinya orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil hari-hari kita unutk merusak suasana hati kita. hidup ini terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan penyesalan, maka kasihilah orang yang memperlakukan kita dengan benar dan berdoalah bagi yang tidak benar. satu kesimpulan yang saya tambahkan adalah "hidup itu 10 % mengenai apa yang kita buat dengannya dan 90 % tentang bagaimana kamu menghadapi nya.. hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu,tetapi tentang bagaimana BELAJAR MENARI DALAM HUJAN.

VirSpector YOOL (YM Own Online Logo)

sebuah system simple yang saya beri nama YOOL (YM Own Online Logo). Maksudnya Logo Online YM Sendiri.

Trus, cara pakenya gimana? Gampang aja! Anda hanya perlu memasukkan script Image Biasa, pada bagian SRCnya diisi sesuai dengan keinginan. Ok, gini nih pemakaiannya…

http://www.virspector.uk.to/ym/?id#A#&olimg=#B#&ofimg=#C#’ />
Keterangan:

#A# = ID Yahoo Messenger anda

#B# = Gambar bila Yahoo Messenger anda online

#C# = Gambar bila Yahoo Messenger anda offline

Mudah bukan? Nah sekarang untuk sekedar contoh, ada kok. Coba lihat script dibawah ini:

http://virspector.uk.to/ym/?id=senapc2003&olimg=http%3A%2F%2Fthumbs.dreamstime.com%2Fthumb_195%2F119220419455t8m3.jpg&ofimg=http%3A%2F%2Fthumbs.dreamstime.com%2Fthumb_195%2F1192204392B777iy.jpg’ />
Hasilnya (Anda akan melihat jempol keatas bila YM saya online, sedangkan jempol kebawah bila offline)

[img]http://virspector.uk.to/ym/?id=senapc2003&olimg=http%3A%2F%2Fthumbs.dreamstime.com%2Fthumb_195%2F119220419455t8m3.jpg&ofimg=http%3A%2F%2Fthumbs.dreamstime.com%2Fthumb_195%2F1192204392B777iy.jpg[/img]

Kerenkan! Eits… Tapi ada peraturannya loh… Klo dilanggar sih, saya gak bisa apa – apa, tapi tolong bantu supaya fitur ini tetap berjalan. Peraturannya adalah DILARANG MEMAKAI PICTURE BWK (Bandwidth Killer). Maksudnya, jangan pakai gambarnya memiliki ukuran sangat besar (Misalnya: Long Cat) karena dapat membebani server dan menghabiskan bandwidth website ini. Bila ini terjadi, saya akan mencoba menginvestigasi id penyebab dan membannednya. Bila tidak ditemukan, saya akan mematikan fitur ini 100%.