BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian masih merupakan sektor yang mempunyai banyak peran dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, baik itu secara nasional ataupun secara regional atau daerah. Menurut Syafa’at, dkk (2005) pembangunan sektor pertanian akan menyerap tenaga kerja, sektor pertanian juga merupakan penopang utama perekonomian desa, sehingga akselarasi sektor pertanian paling tepat untuk mendorong desa dalam rangka meningkatkan pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan sekaligus pengentasan kemiskinan. Selain itu, pembangunan sektor pertanian dapat menjamin ketersediaan pangan sehingga mengurangi ketergantungan pangan local pada pasar dunia. Pembangunan pertanian dapat juga membantu menjaga stabilitas.
perekonomian suatu wilayah regional maupun nasional karena harga produksi pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen sehingga dinamika amat berpengaruh terhadap laju inlasi.
Selain itu pembangunan sektor pertanian juga dapat mendorong ekspor dan mengurangi impor, sehingga dalam hal ini dapat membantu menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Dan apabila dikaitkan dengan keterikatan antara sektor pertanian dengan sektor industri, pembangunan sektor pertanian mampu meningkatkan kinerja sektor industri, karena keterkaitan yang erat antara sektor pertanian dengan sektor industri yang meliputi keterkaitan produk, konsumsi dan investasi.
Pembangunan bidang pertanian diarahkan pada pengembangan teknologi pertanian hulu sampai dengan hilir dalam rangka meningkatkan mutu produk-produk pertanian Jambi serta penguatan system pertanian di provinsi Jambi yang dilakukan dengan berbagai program yaitu , penguatan sumber daya manusia, penguatan sarana dan prasrana serta penguatan kelembagaan di sector bidang pertanian (Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005 – 2025).
sejalan dengan hal itu, sasaran akhir dari program revitalisasi pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani . Setelah menghadapi krisis tahun 1998-1999, pada saat ini sector pertanian telah berada pada fase percepatan pertumbuhan, Pada masa krisis, sektor pertanian terbukti lebih tangguh bertahan dan mampu pulih lebih cepat dibanding sektor-sektor lain, sehingga berperan sebagai penyangga pembangunan nasional. Peran tersebut terutama dalam penyediaan kebutuhan pangan pokok, perolehan devisa, penyedia lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan. Sektor pertanian juga menjadi andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian.
Dengan pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pada periode pemulihan pasca krisis, pembangunan pertanian telah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Secara umum, sektor pertanian telah mampu melepaskan diri dari ancaman keterpurukan yang berkepanjangan, terlepas dari ancaman kontraksi berkelanjutan dan melepaskan diri dari perangkap “spiral pertumbuhan rendah” dan bahkan telah berada pada fase percepatan pertumbuhan menuju pertumbuhan berkelanjutan.
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari kebijakan dan pelaksanaan program pembangunan pertanian pada periode tahun 2000-2004 yang memfokuskan pada upaya mengatasi dampak krisis, melalui implementasi Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis sebagai Grand Strategy pembangunan pertanian. (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004 – 2009 Bab 19).
Dari uraian di atas kita dapat melihat bahwa peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah baik dalam ruang lingkup region atau daerah maupun secara nasional sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dalam suatu wilayah. Oleh karena itu, dirasa perlu dilakukan tinjauan atas penelitian yang lebih mendalam tentang pertumbuhan sektor pertanian pertanian di suatu wilayah. Untuk melihat lebih jelasnya mengenai kontribusi sector pertanian provinsi Jambi terhadap PDRB provinsi jambi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kontribusi sector pertanian provinsi Jambi terhadap PDRB atas dasar harga konstan selama periode tahun 1991 – 2009
Tahun | PDRB total | PDRB sector pertanian | Kontribusi sektor pertanian |
1991 | 892.006 | 302.173 | 33,8 % |
1992 | 954.286 | 321.562 | 33,6 % |
1993 | 2.463.368 | 706.742 | 28,6 % |
1994 | 2.664.625 | 761.861 | 28,5 % |
1995 | 2.890.598 | 810.034 | 28,0 % |
1996 | 3.145.342 | 878.072 | 27,9 % |
1997 | 3.268.452 | 863.969 | 26,4 % |
1998 | 3.091.527 | 833.069 | 26,9 % |
1999 | 3.181.314 | 880.435 | 27,6 % |
2000 | 3.251.212 | 886.495 | 27,2 % |
2001 | 10.205.592 | 3.193.568 | 31,2 % |
2002 | 10.803.423 | 3.348.407 | 30,9 % |
2003 | 11.343.280 | 3.467.459 | 30,5 % |
2004 | 13.364.621 | 4.010.395 | 32,9 % |
2005 | 12.619.972 | 3.811.541 | 30,2 % |
2006 | 13.363.621 | 4.034.894 | 31,7 % |
2007 | 14.275.161 | 4.437.448 | 31,0 % |
2008 | 15.297.770 | 4.691.195 | 30,6 % |
2009 | 16.272.259 | 4.998.781 | 30,7 % |
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi.
Dari data pada tabel di atas dapat di lihat bahwa pada tahun 1991 kontribusi sector pertanian Provinsi Jambi terhadap PDRB sebesar 33,8 persen, pada tahun berikut nya yaitu tahun 1992 mengalami penurunan sebesar 0,2 % menjadi 33,6%. Sampai pada akhirnya pada tahun 2009 sebesar 30,7 persen, dan selama periode tahun 1991 – 2009 rata – rata kontribusi sector pertanian provinsi Jambi terhadap PDRB Provinsi Jambi sebesar 30,8%. Walaupun mengalami penurunan kontribusi sector pertanian tetap saja besar pengaruhnya terhadap PDRB total Provinsi jambi.
Untuk melihat lebih jelasnya mengenai laju Pertumbuhan ekonomi sector pertanian provinsi Jambi terhadap PDRB provinsi jambi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Laju pertumbuhan ekonomi sector pertanian provinsi Jambi terhadap PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga konstan selama periode tahun 1991 – 2009
Tahun | PDRB total | PDRB sector pertanian | Laju pertumbuhan sektor pertanian |
1991 | 892.006 | 302.173 | 9,1 % |
1992 | 954.286 | 321.562 | 5,5 % |
1993 | 2.463.368 | 706.742 | 6,9 % |
1994 | 2.664.625 | 761.861 | 15,8 % |
1995 | 2.890.598 | 810.034 | 8,1 % |
1996 | 3.145.342 | 878.072 | 8,4 % |
1997 | 3.268.452 | 863.969 | 8,8 % |
1998 | 3.091.527 | 833.069 | 3,9 % |
1999 | 3.181.314 | 880.435 | -5,4 % |
2000 | 3.251.212 | 886.495 | 2,9 % |
2001 | 10.205.592 | 3.193.568 | 2,1 % |
2002 | 10.803.423 | 3.348.407 | 2,3 % |
2003 | 11.343.280 | 3.467.459 | 5,8 % |
2004 | 13.364.621 | 4.010.395 | 4,9 % |
2005 | 12.619.972 | 3.811.541 | 17,8 % |
2006 | 13.363.621 | 4.034.894 | -5,5 % |
2007 | 14.275.161 | 4.437.448 | 5,8 % |
2008 | 15.297.770 | 4.691.195 | 6,8 % |
2009 | 16.272.259 | 4.998.781 | 7,1 % |
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi.
Berdasarkan tabel 2, di atas terlihat jelas bahwa pertumbuhan pada tahun 1991 dimana PDRB provinsi Jambi sebesar 892.006 dan pertumbuhan sector pertanian terhadap perekonomian Jambi sebesar 9,1 persen, sedangkan pada tahun 1992 sebesar 5,5 persen, hal ini berarti mengalami penuruan 3,6% dan di ikuti oleh tahun berikut nya yaitu pada tahun 1993 sebesar 6,9 persen naik 1,4% dari tahun sebelumnya. Selama tahun periode 1991 – 2009 pertumbuhan perekonomian Jambi terhadap sector pertanian tumbuh cukup baik yaitu 7,27%.
Tenaga kerja merupakan factor produksi yang sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan sector pertanian di provinsi Jambi baik secara kualitas maupun kuantitas. Dimana secara kuantitas penyerapan jumlah tenaga kerja pada sector pertanian di provinsi Jambi mengalami peningkatan tetapi penyerapan tenaga kerja sector pertanian di provinsi Jambi tidak signifikan, untuk lebih jelas nya mengenai penyerapan tenaga kerja di sector pertanian dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 3. Tenaga Kerja sektor pertanian Provinsi Jambi tahun 1991 – 2009
Tahun | Jumlah tenaga kerja sektor pertanian (orang) | Pertumbuhan tenaga kerja |
1991 | 556883 | ----- |
1992 | 582006 | 4,5 % |
1993 | 598.947 | 2,9% |
1994 | 565449 | 5,5% |
1995 | 635602 | 12,4% |
1996 | 681.900 | 7,2% |
1997 | 556.760 | -18,3% |
1998 | 583.333 | 4,7% |
1999 | 610.326 | 4,6% |
2000 | 628.921 | 3,6% |
2001 | 610.320 | -2,9% |
2002 | 591.298 | -3,1% |
2003 | 571.842 | -3,2% |
2004 | 551.966 | -3,4% |
2005 | 650.898 | 17,9% |
2006 | 620.873 | -4,6% |
2007 | 662.341 | 6,6 % |
2008 | 688.341 | 3,9% |
2009 | 715.868 | 4,0% |
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi.
Terlihat jelas pada tabel 3 bahwa penyerapan tenaga kerja pada tahun awal yaitu pada tahun 1991 sebanyak 556.883 orang dan pada tahun 1992 sebanyak 582.006 orang dan tahun 2009 menyerap tenaga kerja sebanyak 715.868 orang atau 4,0%. Dapat terlihat bahwa penyerapan tenaga kerja terhadap PDRB provinsi jambi sangat tinggi.
Untuk melihat mengenai Kredit Modal Kerja di sector pertanian provinsi Jambi terhadap PDRB provinsi jambi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Kredit Modal kerja terhadap sektor Pertanian pada periode tahun 1991 – 2009
Tahun | Jumlah pinjaman Modal kerja sektor pertanian (juta) | Pertumbuhan ekonomi |
1991 | 211.508 | -------- |
1992 | 291.173 | 37,6 % |
1993 | 361.540 | 24,1 % |
1994 | 425.068 | 17,5 % |
1995 | 356.401 | -16,1 % |
1996 | 301.926 | -15,2 % |
1997 | 274.538 | 9,0 % |
1998 | 202.381 | 26,2 % |
1999 | 246.052 | 21,5 % |
2000 | 404.923 | 64 % |
2001 | 491.825 | 14,0 % |
2002 | 533.930 | 15,6 % |
2003 | 283.468 | 46 % |
2004 | 531.823 | 87,6 % |
2005 | 618.395 | 16,2 % |
2006 | 840.106 | 35,8 % |
2007 | 573.020 | - 31,57 % |
2008 | 659.734 | 15,13 % |
2009 | 731.891 | 10,93 % |
Sumber : Bank Indonesia Provinsi Jambi
Pada tabel 4.terlihat jelas bahwa kredit modal kerja terhadap sector pertanian provinsi Jambi pada tahun 1991 sebesar 211.508 juta dan tahun selanjutnya tahun 1992 sebesar 291.173 atau sebesar 37,6 persen dan pada terakhir yaitu pada tahun 2009 sebesar 10,93 persen atau sebesar 731.891 juta, selama periode tersebut yakni pada tahun periode 1991 – 2009 kredit modal kerja terhadap sector pertanian sangat besar pengaruhnya terhadap PDRB provinsi Jambi.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pertumbuhan Sektor Pertanian di Provinsi Jambi ” .
1. 2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas terlihat bahwa meskipun kontribusi sector pertanian menurun dan hanya mampu menyumbangkan sebesar 33,8 persen terhadap PDRB sector pertanian. Dan juga terlihat bahwa penyerapan tenaga kerja terhadap PDRB sector pertanian provinsi jambi juga sangat tinggi dalam proses pembentukan PDRB,
Sehingga jika dirumuskan masalah yang akan di teliti adalah :
1. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Jambi.?
2. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan sector pertanian di provinsi Jambi.?
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Jambi.
2. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan sector pertanian di provinsi Jambi.
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian adalah :
1. Untuk Akademisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca serta pihak lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut terutama tentang pertumbuhan sector pertanian di provinsi jambi.
2. Untuk Praktisi.
Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil suatu kebijaksanaan dalam pembangunan daerah terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan sector pertanian di provinsi jambi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori
2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Kemajuan ekonomi suatu negara atau daerah, sering dikaitkan dengan istilah perkembangan, pertumbuhan, dan perkembangan ekonomi. Lebih jauh Djojohadikusumo (1994) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat, sedangkan pembangunan ekonomi mengandung pengertian yang luas, yaitu merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu di tandai oleh perubahan structural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun kerangka sususunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan istilah perkembangan dikaitkan dengan paham “evolusi”, bukan dalam hubungan langsung dengan pertumbuhan (growth) ataupun pembangunan (development).
Dalam perkembangan ekonomi suatu sektor ataupun wilayah atau bahkan secara nasional ada banyak teori yang menjelaskan mengapa suatu perekonomian itu dapat naik ataupun turun. Salah satu dari sekian banyak teori yang membahas tentang hal tersebut adalah teori yang dikembangkan oleh Solow – Swan, dimana dalam analisisnya mereka menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya subtitusi antara capital (K) dan tenaga kerja (L). Teori Solow – Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu banyak mencampuri mempengaruhi pasar, campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter.
2.2. Konsep
2.2.1. Konsep Modal
Modal adalah merupakan tabungan dari pendapatan pada masa sekarang yang kemudian di investasikan dengan tujuan untuk meningkatkan output dan pendapatan di masa yang akan datang. Investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bertujuan unutk meningkatkan skill dari tenaga kerja merupakan investasi yang berperan penting dalam meningkatkan output dalam pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2000).
Mengenai pembentukan capital yang dianggap penting adanya perkembangan, adalah sebagai berikut : misalnya kesempatan untuk investasi bertambah, katakana lah karena adanya kemajuan teknologi, maka tambahnya permintaan untuk investasi akan menyebabkan permintaan suku bunga naik dan selanjutnya akan menaikan jumlah tabungan. Dengan adanya kenaikan untuk investasi, harga barang – barang capital juga akan naik. Selanjutnya karena kenaikan – kenaikan tingkat bunga dan harga – harga barang capital, maka investasi selanjutnya hanya akan terbatas pada proyek – proyek yang dapat memberikan keuntungan besar.
Bila proyek – proyek tersebut telah terlaksana maka permintaan terhadap investasi akan berkurang sehingga tingkat bunga dan harga – harga barang capital turum kembali. Setelah itu proyek – proyek yang kurang menguntungkan akan menjadi menguntungkan lagi. Akhirnya tingkat bunga sudah menjadi begitu rendahnya, sehingga tidak ada lagi orang yang mau menabung, pada tingkatan perkembangan itu akumulasi capital berakhir dan perekonomian mengalami suatu keadaan yang statis. Dengan tidak adanya akumulasi capital berarti tidak ada perkembangan, agar tidak mengalami keadaan yang statis tersebut, maka pengerjaan penuh (full employment) harus selalu di jaga selama proses akumulasi modal.
2.2.2 Konsep Tenaga Kerja
Pertumbuhan populasi, yang sering diasosiasikan dengan peningkatan tenaga kerja adalah merupakan faktor positif dalam menstimulasikan pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang banyak berarti peningkatan tenaga kerja yang produktif, dan peningkatan jumlah populasi akan meningkatkan ukuran potensial dari pasar domestic (Todaro, 2000). Input tenaga kerja mencakup Jumlah dan kemampuan kualitas dari tenaga kerja. Banyak pakar ekonomi yang percaya bahwa kualitas, pengetahuan, dan disiplin tenaga kerja adalah salah satu elemen penting dalam pertumbuhan ekonomi (Samuelson & Nordhaus 2001). Pembangunan ekonomi banyak dipengaruhi oleh hubungan antara manusia dengan factor – faktor produksi yang lain dan juga sifat – sifat manusia itu sendiri. Yang di malsud dengan human resources di sini adalah penduduk sebagai suatu keseluruhan. Dari segi penduduk sebagai faktor produksi, maka tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi, hanya penduduk yang berupa tenaga kerja (man power) yang dianggap sebagai faktor produksi. Tenaga kerja adalah penduduk usia suatu kerja yaitu antara usia 15 sampai 61 tahun, penduduk dalam usia kerja ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Yang dimaksud angkatan kerja (L) adalah penduduk yang sedang bekerja dan penduduk yang belum bekerja namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkatan upah yang berlaku. Kemudian penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. Di negara – negara yang sedang berkembang batas umur angkatan kerja lebih rendah (di Indonesia 10 tahun keatas) dari negara – negara maju (15 tahun keatas). Demikian pula kuantitas dan kualitas angkatan kerja lebih rendah di negara – negara sedang berkembang daripada di negara – negara maju karena sebagian besar penduduk di negara berkembang usia muda.
2.2.3 Konsep Teknologi
Kemajuan teknologi juga merupakan salah satu factor pendorong kenaikan pendapatan nasional, yang dimaksud dengan perubahan teknologi menurut Neoklasik terutama adalah penemuan – penemuan baru yang mengurangi pengunaan tenaga buruh atau relative lebih bersifat “penghematan buruh”(Labor saving) dari pada “penghematan capital” (capital saving). Jadi kemajuan – kemajuan teknik akan menciptakan permintaan yang kuat akan barang – barang capital.
2.3. Studi Terdahulu
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hotma (2000) tentang pengaruh beberapa variable makro ekonomi terhadap sector pertanian di provinsi Jambi, diketahui bahwa pertumbuhan modal sector pertanian akan berbanding lurus dengan pertumbuhan sector pertanian, sedangkan peningkatan teknologi dalam proses produksi akan menggeser kurva penawaran ke kanan, dimana teknologi merupakan perbandingan antara total riil sector pertanian terhadap produksi pertanian.
Selain Modal dan teknologi, tenaga kerja merupakan faktor yang mempengaruhi sektor pertanian. Tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, tingkat upah, PDRB non pertanian, investasi pemerintah, pertumbuhan tenaga kerja, pangsa penduduk di pedesaan, dimana tingkat upah berpengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian, tetapi perubahan tingkat upah tidak elastis terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.
2.4 Kerangka Pemikiran
Pengaruh Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian adalah bagian dari pertumbuhan ekonomi suatu wilayah (system perekonomian) yang dipengaruhi oleh beberapa variable yaitu, Modal, tenaga kerja, dan teknologi. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnnya sebagai petani dan banyak hasil-hasil pertanian yang dapat mereka hasilkan. Dengan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga kesempatan kerja meningkat dan pengguran akan berkurang.
Provinsi jambi salah satu sumber ekonomi yang patut di gali dan di kembangkan oleh sector pertanian, sector pertanian ini dibagi menjadi lima subsector, yaitu : Tanaman pangan, Perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan di provinsi Jambi perkebunan merupakaan sector basis karena Modal, tenaga kerja dan PRDB alam menilai laju pertumbuhannnya kita dapat melihat melalui tingkat output yang dihasilkan, dimana indicator yang biasa dipakai adalah nilai PDRB rill
Adapun skema pemikirannya adalah :
2.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan Tujuan penelitian maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Di duga Modal, tenaga kerja, dan teknologi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor pertanian di provinsi Jambi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder. Analisis data sekunder adalah suatu penelitian yang dilakukan berdasarkan data – data yang telah disediakan oleh lembaga yang menunjang penelitian ini berdasarkan kebutuhan penelitian.
3.2 Jenis dan sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time seris) periode 1991-2009. Data sekunder adalah data berkala yang dikumpulkan untuk menggambarkan tentang perkembangan suatu kegiatan dari ke waktu, data yang digunakan yaitu:
1. PDRB sektor pertanian Provinsi Jambi periode tahun 1991-2009
2. Alokasi pinjaman Modal menurut sektor ekonomi Jambi periode tahun 1991-2009.
3. Tenaga kerja yang bekerja di sector pertanian tahun 1991-2009.
Data di peroleh yaitu dari instansi resmi pemerintah yaitu :
1. Badan Pusat statistic (BPS Prov jambi) periode tahun 1991-2010
2. Bank Indonesia
3. Jambi Dalam Angka Periode tahun 1991 - 2009
4. Statistic ekonomi keuangan daerah periode tahun 1991 - 2009
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dan data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara berkala untuk menggambarkan tentang perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sekunder digunakan metode pengambilan data melalui studi kepustakan, yaitu dengan jalan mempelajari berbagai literature, laporan dan publikasi dari berbagai instansi yang relevan dengan masalah penelitian.
3.4 Alat Analisis Data
3.4.1. Analisis Kuantitatif
Untuk menjawab perumusan masalah serta memperoleh gambaran yang jelas dalam menganalisis pertumbuhan sector pertanian di Provinsi Jambi digunakan alat analis yaitu :
· Regresi linear Berganda
Regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh modal, tenaga kerja, teknologi sector pertanian terhadap pertumbuhan sector pertanian di Provinsi Jambi.
Y =
Ytan = α + λo +λ1KMK+λ2 TK + λ3 T
Dimana :
Y = Pertumbuhan sector pertanian
α = Konstanta
λ = Koefisen regresi
KMK = Kredit Modal Kerja
TK = Tenaga Kerja
T = teknologi
· Uji F
Untuk mengetahui signifikasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama :
F hitung =
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
n = Banyaknya tahun penelitian
k = Jumlah Variabel
apabila F hitung lebih besar dari f tabel maka variabel independen berdampak signifikan terhadap variabel dependen, apabila F hitung lebih kecil dari F tabel, maka Variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
· Uji t
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel X berpengaruh terhadap Variabel Y secara individual antara Modal, tenaga kerja, dan teknologi terhadap pertumbuhan sector pertanian
thit =
Dimana :
bi = koefisien regresi
sbi = standart Eror
Hipotesa yang di uji dapat dirumuskan sebagai berikut :
H0= artinya, tidak ada pengaruh nyata atau signifikan variabel X terhadap variabel Y
H1= artinya, terdapat pengaruh yang nyata atau signifikan variabel X terhadap variabel Y
Nilai t hitung kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel pada derajat kekebebasan dengan tingkat keyakinan tertentu, dengan keputusan sebagai berikut:
t hitung > t tabel = H0 ditolak
t hitung > t tabel = H0 diterima
· Pengujian Koefisien Determinasi R2
Digunakan untuk menguji seberapa besar hubungan pengaruh variabel independen (bebas) terhadap variabel devenden (terikat)
R2= 
Dimana :
Β1….β3 = Koefisen Determinasi
X1….X2 = Variabel Bebas
Y = Variabel Tidak bebas
Dimana R2 berkisar antara 0 sampai 1, jika mendekati nilai 0 ini berarti kurang kuat hubungan antara variabel dependen dengan independen, jika nilainya mendekati 1 maka ini menunjukan semakin kuatnya hubungan antara kedua variabel tersebut.
3.5 Opersional variabel
1. PDRB provinsi jambi sector pertanian harga atas harga konstan yang telah dikurangi dengan PDRB HB (Rp Juta)
2. Kredit modal kerja yang diberikan Bank Umum dan Bank BPR menurut sektor ekonomi. (Rp Juta)
3. Teknologi di proyeksikan dengan tahun observasi tahun 1991 sampai dengan tahun 2009.
4. Tenaga kerja yaitu Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian (Jiwa)
5. Ytan yaitu pertumbuhan sector pertanian yang di proyeksikan dengan PDRB sector pertanian